Di toko-toko sering sekali saya temui kalung-kalung buatan tangan dengan ukuran tali yang hampir sama panjang, dengan tipe tali polos yang dikombinasikan pendant besar yang akan bergantung tepat di pertengahan dada-perut ketika di pakai. Kalung-kalung jenis ini terdapat di toko-toko dan butik independent sampai toko-toko besar di mall-mall sekalipun. beberapa teman saya berkata:
"Sekarang udah banyak banget, Ji kalung-kalungan kayak begini.. Semua orang pada bikin"
Yang mengatakan demikian adalah teman-teman yang menurut saya sangat kreatif dengan kalung-kalung buatannya. Bisa dikatakan bahwa mereka-mereka ini lah yang mulai membuat kalung-kalung seperti ini di scene lokal secara independent. Tiap kalung dibuat unik sehingga tidak ada satupun kalung yang persis sama - tipikal perentilan handmade.
Di lain waktu, dalam suatu obrolan dengan teman yang lain, tercipta ucapan:
"Kalung seperti ini menjamur karena setiap orang merasa bisa membuatnya, dan sayangnya, mereka punya waktu, dan tempat memperoleh bahan-bahannya mudah dicapai."
Kalimat tersebut terucap dengan latar belakang "tinggal di kota bandung" - dimana tempat-tempat pendukung pembuatan kalung ini sangat mudah dijangkau. Cukup membutuhkan waktu 20 menit untuk sampai di pasar baru dan jarak kampus ke rumah juga tidak terlalu jauh sehingga tenaga tidak akan habis di jalan dan masih ada tenaga sisa untuk mengerjakan kalung-kalung ini di rumah. beda dengan di jakarta.
Saya bukan pelaku fashion, bukan penikmat, dan bukan pengamat. Saya hanya secara tidak sengaja bersinggungan dengan dunia perkalungan dan ikut berpikir mengenai masalah penjamuran ini. Pemikiran itu kemudian meluas dan rasanya bisa disematkan pada produk-produk lain yang juga menjamur di kota.
Semua berkata: "Sh.. ini mah kita bikin aja sendiri..."
0 Comments:
Leave a Reply